Rabu, 23 November 2011

Saat Syaikh menahan marah

Suatu saat Syaikh berjalan kaki pulang dari Masjid Al-Jaami’ Al-Kabier. Di depan sebuah toko, di sebuah perempatan, Syaikh melihat seorang pemuda Mesir sedang merokok.
Hai, anak muda. Merokok itu haram hukumnya. Apalagi ini kota para santri, sangat tidak baik merokok, apalagi di pinggir jalan seperti ini.” Ujar Syaikh, dengan suara lembut, dengan senyum.
Hey apa urusanmu? Kalau ini haram, yang berdosa aku, bukan kamu.” Bentak pemuda itu kasar.
Ya, terserah kamu saja.” Ujar Syaikh lembut.
Saat berjalan beberapa langkah, beberapa orang menyalami beliau. Syaikh menyambut dengan senang. Namun dibelakang mereka, terlihat wajah di pemuda itu pucat.
Apa dia itu Syaikh Muhammad Sholih Al-Utsaimin? Kenapa hanya berjalan kaki?” tanyanya.
Pemuda itu segera mendekati Syaikh dan menubruk kakinya. “ ’Afwan Syaikh. Saya tidak tahu kalau Anda adalah Syaikh….
Heh. Saya tidak peduli Anda kenal saya atau tidak. Seharusnya Anda takut terhadap yang haram, bukan karena saya melihat Anda. Biarkan hanya seorang anak kecil yang mengingatkan Anda, seharusnya Anda tetap menerima. Tadi saya tidak marah. Tapi begitu melihat Anda mengiba-iba hanya karena melihat saya, justru saya menjadi marah. Pergi sana, sebelum saya betul-betul marah….
Ya…ya Syaikh….” ucap pemuda itu terbata-bata.
Rokok sial. Seumur hidup aku tidak akan menghisapmu lagi….
Beberapa orang pemuda di belakangnya, tertawa tertahan-tahan.
Sumber: Majalah ElFata – edisi 05 vol.9 – 2009 – Rubrik Senyum

0 komentar: