Sabtu, 18 Mei 2013

Aku benar, kamu salah. Titik!


     Alkisah ada seorang anak TK yang baru belajar mengenal huruf, angka dan warna dari gurunya. Anak tersebut sangat senang dan bangga bisa bersekolah di satu-satunya TK dikampungnya, dimana hanya sedikit dari anak-anak seusianya yang bisa bersekolah ditempat tersebut.  Dia menganggap hal tersebut merupakan karunia besar. Hari demi hari ia lalui dengan semangat belajar menghitung, mengeja huruf dan membedakan warna satu dengan lainnya. Suatu saat sang guru pujaannya dan sangat diidolakannya mengajarkan kombinasi percampuran warna. Sang guru mencampurkan cairan air warna merah dengan warna biru, sehingga menghasilkan warna lain yaitu ungu. Dan hal tersebut juga dilakukan pada warna-warna dasar lain. Sang guru beberapa kali menegaskan bahwa cairan tersebut tidak berbahaya karena campuran air dengan pewarna alami. Sang murid kecil pun girang dan mengangguk-angguk tanda dia paham dan gembira. Dia dan teman-temannya pun melakukan hal yang sama yang dicontohkan gurunya.


     Suatu saat si murid TK ini sedang duduk sambil menonton acara film kartun kesukaannya di TV. Tak sengaja muncul tayangan yang menayangkan seorang Profesor ahli senjata yang telah diakui kepakarannya oleh dunia Internasional sedang memperagakan percampuran zat-zat kimia yang mampu menghasilkan daya ledak tinggi. Disitu berjejer tabung reaksi, labu erlemeyer, gelas ukur, pipa kapiler sampai pipet tetes ukuran kecil. Tiba-tiba sang professor berujar, “apabila cairan warna merah yang ada di gelas ini dicampurkan warna biru yang ada pada tabung reaksi akan menghasilkan ledakan besar.”  Sontak saja si murid kecil tadi kaget dan heran. Loh!, padahal tadi kata guruku disekolah tidak seperti itu, cairan merah dan biru dicampur tidak terjadi ledakan, yang terjadi adalah perubahan warna. Si murid kecil pun menganggap salah ucapan Profesor Besar Ahli Senjata tersebut. Dia pun mengolok-olok dan mengatai bahwa Profesor tersebut gila, karena sudah berbicara tidak benar. “Sudah Profesor koq kalah sama guru saya yaa…”, begitu dia berucap dan olok-olokan lainnya.

     Tahun berganti tahun si murid kecil sudah tumbuh menjadi pemuda tampan berjambang. Sebentar lagi dia akan menyelesaikan S1-nya disalah satu kampus dikotanya. Dia mengambil jurusan kimia. Dikampus tersebut dia mengenal banyak dosen-dosen hebat yang sebagiannya adalah para ahli lulusan luar negeri dan disitu banyak para professor yang sudah kenyang dalam dunia penelitian. Gurunya sekarang sudah berbeda, sudah bukan guru TK dikampung idolanya yang mengajarkan dasar-dasar menghitung dan mencampur warna. Tapi, gurunya sekarang mengajarkan perhitungan dengan rumus-rumus kimia yang bisa bikin mual tak sembuh-sembuh sekaligus muak karena saking susahnya. Sudah bukan percampuran air berwarna lagi, melainkan zat-zat kimia yang sama sekali tidak dia kenal sebelumnya. Dosennya sekarang berujar, “hati-hati… jangan terlalu banyak menambahkan zat kimia warna merah yang ada di tabung sentrifuge, bisa menyebabkan ledakan kecil, bahaya le..biso njeblug kampuse...”  Dia-pun teringat kenangan masa kecilnya, dimana waktu itu dia menganggap salah dan sesat ucapan seorang professor disebuah acara televisi. Dia-pun sadar waktu itu dia masih kecil, masih TK, masih belum tahu banyak, hanya belajar dari guru di kampungnya saja. Dia-pun kembali merenung, ternyata hal yang dia anggap salah saat dia masih kecil malah merupakan sesuatu yang benar. Dia menganggap salah karena belum mengetahui, masih belajar dasar-dasar, menganggap orang yang lebih berpengalaman dan lama makan asam garam dalam dunia penelitian yang fokus digeluti sebagai orang yang sesat dan menyimpang. Begitulah dia terus berinteropeksi sampai dia lulus Sarjana dan merasakan betapa sulit menyelesaikan skripsi penelitian S1-nya. Dia-pun melanjutkan S2 dan merasakan sulitnya bisa lulus Program Magister, karena harus menghasilkan method improvement  dari penelitian-penelitian sebelumnya untuk bisa lulus ujian thesis. Namun, dia berhasil melewatinya dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu Doctoral, semakin tinggi jenjang akademik yang dia ingin raih semakin besar pengorbanan dan proses memperolehnya. Dan pada fase terakhir ini dia menemukan teori baru dalam dunia kimia yang diimplementasikan dalam dua zat kimia warna merah dan warna putih. Apabila dua zat tersebut dicampur dan disuntikkan ke penderita gangguan jiwa, penderita tersebut langsung sembuh total. Berbondong-bondong stasiun televisi tersebut meliput acara pertunjukan ilmiah tersebut. Dia-pun tertawa kecil, karena tenyata dia melakukan hal yang sama, yang beberapa puluh tahun yang lalu dianggap salah dan sesat oleh dirinya. Dia menyadari bahwa proses belajar, menjadi paham dan mendapat pengakuan para ahli memerlukan waktu yang lama. Akan tetapi sebaliknya, hal yang paling gampang adalah menyalahkan, mengumpat dan merendahkan orang lain, yang siapa saja mampu melakukannya tanpa semua proses yang dia lalui.

    Begitulah kondisi sehari-hari yang kita saksikan atau bahkan pernah kita alami beberapa masa silam. Masa yang penuh semangat dan ambisi kebodohan, masa sedikit ilmu dan merasa paling benar, masa merasa memperjuangkan kebenaran yang relatif dan masa untuk menanti masa selanjutnya. Masih ada waktu untuk berubah kawan…  dengan belajar, melewati berbagai proses, bergaul dengan masyarakat dan benar-benar mengetahui duduk permasalahan secara tepat dan selalu interopeksi diri serta sadar siapa AKU...

عِنْدَمَاتَعِيْشُ الطُّيُـوْرُ فَهِيَ تَأْكُلُ النَّمْلَ
Ketika burung hidup, ia memakan semut.

وَعِنْدَمَاتَمُوْتُ الطُّيُـوْرُ فَإِنَّ النَّمْلَ يَأْكُلُــهَا
Ketika burung mati, semut memakannya.

اَلظُّرُوْفُقَدْ تَـتَغَـيَّرُ فِي لَحْظَةٍ .. فَلاَ تُقَلِّلْ مِنْ شَأْنِ أَحَدٍ
Keadaan kadang bisa berubah dalam sekejap.. Maka jangan meremehkan / merendahkan keadaan orang lain!

فَـرُبَّمَاتَكُوْنُ قَوِيًّا اليَوْم .. وَلَكِنْ تََذكَّرْ بِأَنَّ اللَّهَ أَقْوَى مِنْكَ
Mungkin hari ini anda kuat (merasa berkuasa).. Tapi ingat! Sesungguhnya Allah lebih berkuasa dari Anda.


هَكَذَا هِـيَ الْحَـيَاة…
Beginilah hidup…

أَوَّلُــهَا ضَعْفٌ … وَ آخِـرُهَا ضَعْـفٌ…
Awalnya lemah, akhirnya pun lemah…

فَاغْـتَنِمُوْا مَا بَـيْـنَهُمَا فِي طَاعَةِ اللَّهِ وَمَرْضَاتِهِ…
Maka gunakanlah masa-masa diantara keduanya untuk taat kepada Allah dan menggapai ridho-Nya.

0 komentar: